Direktorat Pesantren Kementerian Agama Siapkan Tes Potensi Berbahasa Arab, Perkuat Standar Mutu Akademik Ma’had Aly
Direktorat Pesantren Kementerian Agama (Kemenag), menguatkan standar mutu akademik Ma’had Aly sebagai langkah strategis nasional. Kemenag siapkan ABATi (Arabic Benchmark Assessment Amtsilati) sebagai instrumen tes potensi berbahasa Arab yang dikembangkan berbasis tradisi pesantren.
WARTASULUH.COM, JAKARTA - Direktorat Pesantren Kementerian Agama (Kemenag), menguatkan standar mutu akademik Ma’had Aly sebagai langkah strategis nasional. Kemenag siapkan ABATi (Arabic Benchmark Assessment Amtsilati) sebagai instrumen tes potensi berbahasa Arab yang dikembangkan berbasis tradisi pesantren.
Instrumen ini dibahas bersama dalam Penguatan Manhaj Publikasi Ilmiah Ma’had Aly di Jatibening pada 19–21 November 2025.
Direktur Pesantren Basnang Said menekankan bahwa Ma’had Aly membutuhkan instrumen asesmen yang tidak hanya modern, tetapi selaras dengan karakter ilmiah pesantren yang berakar pada turats.
Menurutnya, ABATi merupakan inovasi strategis karena berhasil memadukan dua hal penting sekaligus, standardisasi kecakapan bahasa Arab dan kekhasan pedagogi pesantren.
“Ma’had Aly hari ini butuh instrumen ukur yang tidak hanya modern, tapi juga memahami ruh turats. ABATi menjembatani dua pondasi itu sekaligus, mengukur dengan standar, namun tetap menjaga tradisi,” tegasnya, Jumat (21/11/2025).
Basnang menjelaskan bahwa standardisasi kemampuan bahasa Arab menjadi krusial karena proses seleksi, pemetaan kemampuan, dan pembinaan akademik di Ma’had Aly harus dilakukan secara objektif, terukur, dan berbasis mutu.
ABATi dinilai mampu menjawab kebutuhan ini melalui tiga komponen utama, fahm al-masmu’ (listening), tarakib (struktur bahasa), dan fahm al-maqru’ (pemahaman bacaan), yang dihadirkan dalam format digital berbasis web. Ia menilai bahwa integrasi teknologi seperti ABATi merupakan bentuk modernisasi pesantren yang tidak menanggalkan identitas keilmuan klasik.
Kasubdit Pendidikan Ma’had Aly, Mahrus menyadari bahwa ABATi tampil berbeda dari TOAFL maupun tes bahasa Arab yang dikembangkan sejumlah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam seperti UIN Maulana Malik Ibrahim dan UIN Sunan Kalijaga.
Jika TOAFL fokus pada bahasa Arab modern, ABATi mengintegrasikan teks-teks turats, struktur qawa‘id yang diasah di pesantren, serta pemahaman kitab kuning.
Materinya fleksibel dan dapat dikembangkan bersama antar-Ma’had Aly, termasuk menyediakan paket soal khusus turats murni.
“Distingsi inilah yang membuat ABATi dinilai lebih tepat menggambarkan kemampuan santri yang belajar melalui metodologi pesantren,” ungkap Mahrus.
Para peserta kegiatan dari unsur Majelis Masyayikh, Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (AMALI), Dewan Mahasantri Amali, muhadir/dosen, serta para ketua LPPM Ma’had Aly menyambut baik lahirnya ABATi sembari memberikan beberapa masukan penyempurnaan.
Mahrus meminta tim pengembang ABATi membuka ruang kolaborasi nasional untuk memperluas bank soal dan penyesuaian berdasar takhasus masing-masing Ma’had Aly.
Inovasi ini sekaligus menunjukkan kesiapan pesantren memasuki era standardisasi akademik menjelang pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren.
Dengan ABATi, Direktorat Pesantren berharap seluruh Ma’had Aly memiliki instrumen pemetaan kemampuan bahasa Arab yang lebih adil, terstandar, dan sesuai karakter keilmuan pesantren, sehingga seleksi dan pembinaan mahasantri dapat berjalan dengan mutu yang lebih terukur di tingkat nasional.
Selain penguatan asesmen bahasa Arab, Basnang Said menegaskan bahwa kualitas akademik Ma’had Aly harus ditopang oleh manhaj publikasi ilmiah yang kuat, mulai dari regulasi mutu bahs, karya tulis ilmiah berbasis kitab kuning, hingga penerapan metode filologi dalam penelitian manuskrip.
Ia menekankan bahwa Presiden telah mengamanatkan kebijakan negara harus berbasis riset sehingga LPPM Ma’had Aly perlu mengambil peran lebih aktif dalam menyajikan kajian strategis bagi Kementerian Agama.
“Jika kita ingin Ditjen Pesantren hadir dengan kuat, maka pondasinya harus kebijakan yang lahir dari penelitian dan publikasi. Kita mulai dari Ma’had Aly,” ujarnya. (kha)


Lestari 



