Kisah Penggali Kubur Pasien Covid-19 di Pekanbaru: Ini Ladang Amal Akhirat Kami

Suka duka penggali makam pasien Covid-19 di Pekanbaru, mulai dari sasaran amarah ahli waris hingga insentif yang dijanjikan tak kunjung dibayar

Kisah Penggali Kubur Pasien Covid-19 di Pekanbaru: Ini Ladang Amal Akhirat Kami
Suyono bersama penggali makam lainnya menjalankan tugasnya

WARTASULUH.COM, PEKANBARU - Jarum jam saat itu menunjukkan pukul 23.30. Suasana sunyi begitu terasa. Rintik hujan dan sayup-sayup suara jangkrik berharmoni seperti nyanyian alam, sendu dan meninabobokan. Suasana yang amat mendukung bagi insan manusia untuk merebahkan raga, melepas segala penat. 

Berbeda dengan orang lainnya, Suyono justeru tengah bersiap ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) untuk menggali kubur. Barusan dia ditelpon karena pasien Covid-19 yang meninggal akan segera dikuburkan malam itu juga. 

Padahal Suyono saat itu tengah bersiap untuk tidur.

Suara di seberang telepon genggamnya meminta Suyono untuk bergegas ke tempat tugas. Seluruh hasrat pun dia kesampingkan. Kantuknya mendadak hilang. Yang terbersit di benaknya hanyalah secepatnya bersiap demi menjalankan tugas mulia. 

Pria berusia 45 tahun itu secepat kilat lantas berganti pakaian. Sarung yang tadi dikenakan diganti dengan celana panjang yang terlihat sudah kusam. Selembar jaket lusuh disambarnya dan dikenakan sembari tangannya menyomot kunci sepeda motor di atas lemari makan.

Mengeluarkan sepeda motor dan tak lupa mengunci pintu rumahnya, lelaki bertubuh besar ini membawa tas berisi air mineral dan sebungkus rokok. Memacu sepeda motor bebek tuanya, ayah tunggal dua orang anak ini menyeruak malam. Rinai halus tak menjadi penghalang baginya untuk terus memacu tunggangannya. Lebih kurang 20 menit, Suyono pun sampai di komplek TPU Tengku Mahmud, Jalan Tengku Mahmud, Kelurahan Maharani, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Riau. Jarum jam menunjukkan pukul 00.15 menit. 

Di komplek makam seluas lebih kurang 10 hektare milik Pemko Pekanbaru inilah tempat Suyono menggantungkan hidup. Merenda asa, untuk tetap bisa menghidupi dua buah hatinya yang beranjak remaja. 

Komplek pemakaman itu terbagi dua lahan. Satu lahan merupakan makam pindahan dari makam di tengah kota yang jumlahnya ribuan. Sementara itu, di lokasi lahan di hamparan yang sama disiapkan oleh pemko Pekanbaru lahan untuk pemakaman pasien Covid-19. 

Tiba di lokasi makam khusus pasien Covid-19 yang luasnya kurang lebih 2 hektar, empat rekannya sudah menunggu.

Sang koordinator langsung memerintahkan Suyono untuk segera bersiap diri. "Malam ini ada pasien Covid-19 yang akan dimakamkan. Ayo kita bersiap. Karena ada dua jenazah yang akan kita kubur, kerja kita agak berat," kata sang koordinator Subhan Zein memberikan intruksi.  

Diterangi penerangan ala kadarnya, lima penggali kubur mulai menjalankan tugasnya. Rintik hujan tak mereka hiraukan. Keringat bercampur air hujan membasahi tubuh mereka. Tak sedikitpun keluar keluhan dari mulut mereka.

Begitulah sekelumit gambaran rutinitas Suyono yang jam kerjanya tak beraturan pasca pandemi Covid-19 menghampiri Kota Bertuah. Mimpi untuk bisa tidur nyenyak bahkan kini jauh dari angan. Angin malam yang menusuk tulang sudah menjadi selimut raganya. Tak kenal hujan maupun panas. 

Kapan ada perintah, siap tidak siap kudu siap. Dia tak punya pilihan. "Saya sudah sejak tahun 2012 kerja sebagai penggali makam di TPU ini. Status tenaga honor di bawah naungan Pemko Pekanbaru," ujar Suyono, Selasa (19/10/2020). 

Dari hanya penggali makam konvensional, sekejap beban tambahan diglayutkan dipundaknya. Begitu pandemi covid-19 makan korban, saat itu jugalah tugasnya semakin berat. "Mulai April kita juga ditugaskan menggali makam untuk pasien Covid-19 yang meninggal dunia," tuturnya.

Suyono bekerja tidak sendiri. Dia bersama empat rekannya menjadi garda terdepan penutup fardu kifayah. Banyak suka maupun duka. "Awalnya berat. Jam kerja tidak tentu. Bisa pagi, siang, tengah malam bahkan subuh. Hujan panas tak ada dalam kamus kami. Jauh beda dengan ketika menjadi penggali kubur biasa," ujar Suyono.

Suyono menyebutkan, lima anggota timnya tiga orang diantaranya berstatus honor. Termasuk dirinya. Sedangkan dua orang berstatus Aparatur sipil negara (ASN) di bawah naungan Dinas Perumahan dan Pemukiman Pekanbaru.

Sebagai honorer, gaji Siyono Rp72.000 per hari dan dibayarkan per bulan. Selama Covid-19, bersama dua rekannya dia dijanjikan oleh Pemko bakal menerima insentif di luar dari gaji bulanan. "Tidak tahu berapa nilainya, yang pasti sejak April hingga sekarang belum pernah menerima insentif yang dijanjikan itu," tuturnya lirih.

Suyono pun lantas berkisah pengalamannya selama menjadi penggali makam pasien Covid-19. Komposisi duka lebih banyak dibandingkan suka. Tak jarang dirinya bersama rekan-rekanya mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari ahli waris. Ada ahli waris yang histeris. "Sering kena maki, sasaran amukan ahli waris yang tidak terima keluarganya dikubur dengan protokol Covid-19. Mereka pikir kita orang rumah sakit. Padahal kita hanya menguburkan saja," kata Suyono.

Perlakuan yang diterima Suyono dan rekan-rekannya itu diterimanya dengan ikhlas. Karena mereka menyadari psikologi yang dihadapi ahli waris. "Kita paham perasaan mereka. Ada yang tidak percaya kaluarganya meninggal karena Covid-19. Kalau kita di posisi mereka juga mungkin seperti itu," ulas Suyono.

Belum lagi cuaca alam yang tak bisa ditebak. Adakalanya ketika sedang menggali makam, hujan deras turun. Sementara tempat berteduh tidak ada. Alhasil mereka tetap melanjutkan pekerjaan di bawah guyuran hujan deras. 

Suyono bercerita, dalam sehari rata-rata mereka memakamkan lima jenazah Covid-19. Bahkan saat Pekanbaru mencapai puncaknya, pernah menguburkan sembilan jenazah. "Lebih banyak dikuburkan malam hari menjelang subuh," sebutnya.   

Dari iklas menjalankan tugasnya, kemudian terpatri di hati Suyono dia ingin menjadikan profesinya sebagai panggali kubur menjadi ladang amal baginya. "Tak banyak orang yang mau melakoni profesi ini. Bagi saya, menggali kubur tidak hanya semata-mata untuk mencari nafkah saja, lebih dari itu adalah sebagai ladang amal saya untuk bekal di akhirat nanti. Semoga Allah senantiasa memberi kesehatan kepada kami, melindungi kami," harap Suyono.  

Insentif Belum keluar

Sudah jalan tujuh bulan lima penggali makam Pasien Covid-19 ini menjalankan tugasnya. Janji Pemerintah Kota Pekanbaru memberikan insentif tak juga kunjung terealisasi. Padahal, tiga tenaga honor penggali makam sangat berharap insentif yang dijanjikan itu tidak hanya sekadar angin surga saja.

"Memang pada tanggal 8 Oktober lalu ada uang masuk ke rekening kami masing-masing jumlahnya Rp21 juta. Katanya insentif untuk kami. Tapi entah mangapa dana itu ditarik lagi. Kami disuruh mengembalikan," kata Surianto (57).

Batal terima insentif, tak lantas membuat semangat Surianto dan kawan-kawannya mengendor. Mereka tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya seperti biasa. Mereka hanya mengandalkan gaji hariannya yang mereka terima perbulan sekitar Rp2.160.000. "Dari gaji itulah kami menghidupi keluarga. Sangat berharap ada tambahan. Pasalnya waktu kami banyak di perkuburan ini," ungkap Surianto warga Jalan BPG Kulim.   

Sementara itu, Koordinator penggali makam TPU Tengku Mahmud, Subhan Zein mengakui insentif yang masuk ke tenaga honor penggali kubur itu memang ditarik. "Bukan dibatalkan. Hanya ditarik, disimpan dulu menunggu Perwako tentang Pemakaman. Karena yang keluar baru Perwako Pemulasaraan. Tapi nanti akan dibagikan," kata Subhan penggali kubur yang berstatus PNS Perkim bergolongan I.

Berbeda dengan penggali kubur yang berstatus honor yang mendapatkan insentif, menurut Subhan justru dirinya bersama satu orang rekannya yang juga PNS tidak mendapatkan insentif. "Kami berdua tidak mendapatkan insentif. Padahal tugas sama berat. Hanya gaji saja. Tunjangan kinerja bahkan sekarang dipotong 50 persen," keluh Subhan sembari mengaku sebagai PNS bergolongan I gaji yang diterima hanya sekitar Rp3 jutaan saja. 

Di tempat lain, Kepala Dinas Perkim Pekanbaru, Ardani mengaku tidak pernah memerintahkan untuk membatalkan insentif yang diterima penggali makam pasien Covid-19. "Tidak pernah saya mengintruksi menarik, membatalkan atau apapun istilahnya terhadap insentif penggali makam. Nanti saya konfirmasi ke bidang teknis," tegas Ardani. (Sri Lestari)