Warga Mulai Paranoid Verian Omicron, Gubri Perintahkan Bupati dan Walikota Waspada
Varian baru Covid-19, yakni Omicron mulai menghantui warga karena dikabarkan jenis ini lebih 'bandel'.
WARTASULUH.COM, PEKANBARU - Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar mengintruksikan bupati dan walikota di Riau untuk waspada terhadap penularan varian baru Covid-19, yakni Omicron. Kendati belum masuk di Indonesia, namun kewaspadaan harus dibangun sedini mungkin.
"Tentu untuk varian baru ini menjadi perhatian pemerintah pusat, dalam hal itu Kementerian Kesehatan, sehingga diharapkan tidak ditemukan varian baru di Indonesia, dan Riau khususnya," kata Gubri, Jumat (3/12/2021).
Karena itu, Gubri minta bupati dan wali kota untuk mengantisipasi varian baru masuk. Sebab jika tidak diantisipasi, begitu masuk penyebarannya bisa meluas.
"Seperti kemarin varian Delta. Tentu yang seperti itu perlu diwaspadai. Artinya harus bertindak cepat, misalnya dengan PCR dan lainnya," ujarnya.
Verian baru Covid-19, Omicron rupanya sedikitnya sudah membuat masyarakat khawatir. Rubina, warga Tanayan Raya, Pekanbaru mengaku kehadiran verian baru yang sudah menyatroni beberapa negara itu membuatnya semakin takut.
"Ada-ada saja jenis Covid-19 ini. Dengar-dengar jenis Omicron lebih tangguh. Kalau terjangkit lebih parah dari verian-verian lainnya. Awak cuman bisa berdoa dan menjaga diri saja. Selebihnya diserahkan pada Allah," kata ibu rumah tangga ini pasrah.
Namun di balik pasrah dan pengetahuannya yang terbatas, Rubina yang pasti tetap patuh pada imbauan pemerintah untuk selalu taat protokol kesehatan. "Prokes kata pemerintah ya awak Prokes juga. Tak ada yang rugi kalau kita patuh prokes. Yang penting mencegah labih baik daripada mengobati," tuturnya dalam dialeg Melayu yang masih kental.
Sementara itu, World Health Organization (WHO) telah menetapkan varian baru COVID-19, B.1.1.529 atau Omicron sebagai Variant of Concern (VOC) atau varian yang menjadi perhatian pada 26 November 2021.
“Keputusan ini didasarkan pada bukti yang diberikan kepada TAG-VE bahwa Omicron memiliki beberapa mutasi yang mungkin berdampak pada perilakunya, misalnya, seberapa mudah menyebar atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya,” demikian penjelasan WHO yang diupdate dan dikutip, Rabu (1/12/2021).
TAG-VE adalah the advice of WHO’s Technical Advisory Group on Virus Evolution atau Kelompok Penasihat Teknis WHO tentang Evolusi Virus.
WHO menjelaskan saat ini saat ini para peneliti di seluruh dunia sedang melakukan penelitian untuk lebih memahami seluk beluk varian Omicron.
Namun demikian, untuk saat ini, WHO memberikan pemaparan mengenai beberapa poin-poin penting terkait varian Omicron, yakni:
1. Penularan
WHO menyatakan hingga saat ini belum jelas apakah Omicron lebih menular, misalnya, lebih mudah menyebar dari orang ke orang dibandingkan dengan varian lain, termasuk Delta.
“Jumlah orang yang di tes positif telah meningkat di wilayah Afrika Selatan yang terkena varian ini, tetapi studi epidemiologi sedang dilakukan untuk memahami apakah itu karena Omicron atau faktor lainnya,” kata WHO.
2. Tingkat keparahan penyakit
WHO menjelaskan belum dapat disimpulkan secara pasti apakah infeksi Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan infeksi dengan varian lain, termasuk Delta.
Berdasarkan data awal menunjukkan ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan, tetapi hal ini mungkin terjadi karena meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi, bukan akibat infeksi spesifik dengan Omicron.
Pasalnya, hingga saat ini tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dari varian lainnya. Infeksi awal yang dilaporkan terjadi di kalangan individu yang lebih muda cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan tetapi melihat tingkat keparahan varian Omicron akan memakan waktu berhari-hari hingga beberapa minggu.
“Semua varian COVID-19, termasuk varian Delta yang dominan di seluruh dunia, dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian, khususnya bagi orang-orang yang paling rentan, sehingga pencegahan selalu menjadi kunci,” jelas WHO.
3. Efektivitas infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya
WHO mengungkapkan berdasarkan bukti awal menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron, yaitu orang yang sebelumnya terinfeksi COVID-19 dapat terinfeksi lagi dengan lebih mudah dibandingkan dengan varian lainnya.
“Akan tetapi informasinya masih terbatas. Informasi lebih lanjut tentang hal ini akan diperbaharui dalam beberapa waktu mendatang,” ungkapnya.
4. Efektivitas vaksin
WHO bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengetahui dampak potensial dari varian Omicron pada tindakan pencegahan yang ada, termasuk vaksinasi.
WHO memandang vaksinasi COVID-19 tetap penting dan efektif untuk mengurangi penyakit parah dan kematian, termasuk melawan varian dominan yang beredar, Delta.
5. Efektivitas tes
Tes Polymerase Chain Reaction (PCR) digunakan untuk mendeteksi infeksi, termasuk infeksi Omicron. Saat ini, studi untuk menentukan apakah ada dampak pada jenis tes lain, termasuk tes deteksi antigen cepat sedang berlangsung.
6. Efektivitas perawatan
WHO menyebut Kortikosteroid dan Interleukin-6 (IL6) Receptor Blocker masih efektif untuk menangani pasien COVID-19 yang parah. Sementara itu, perawatan lainnya masih akan dikaji apakah masih efektif mengingat perubahan pada bagian virus dalam varian Omicron.
Oleh karena varian Omicron masih baru, maka WHO masih melakukan koordinasi dengan sejumlah peneliti di seluruh dunia untuk lebih mengetahui semua hal tentang Omicron.
“Studi saat ini sedang berlangsung termasuk penilaian tingkat penularan, tingkat keparahan infeksi juga gejala, kinerja vaksin dan tes diagnostik, serta efektivitas pengobatan.”
Terakhir, WHO mengingatkan untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19 jangan lupa selalu menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain, memakai masker yang pas, membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi, menghindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai, menjaga tangan agar tetap bersih, batuk atau bersin ke siku atau tisu yang tertekuk dan melakukan vaksinasi.
"Kita ini kan dapat mobil baru PCR bantuan Kementerian Dalam Negeri. PCR ini bisa lebih cepat, katanya 3 jam sudah diketahui hasilnya. Jadi nanti daerah yang kasusnya tinggi kita kerahkan mobil PCR ke sana," tukasnya. (Sri)