Kisah Keluarga Penjual Rampe di Cisadas Naik Haji Tahun Ini, Susanti Triapriyanti Temani Sang Ibu
Susanti Triapriyanti, anak bungsu dari dua bersaudara keluarga penjual rampe di Cisadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, tunaikan ibadah haji tahun 2025 ini bersama sang ibu.

WARTASULUH.COM, MAKKAH - Susanti Triapriyanti, anak bungsu dari dua bersaudara keluarga penjual rampe di Cisadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, tunaikan ibadah haji tahun 2025 ini bersama sang ibu.
Ayahnya sudah berpulang keharibaan Allah SWT dan Susanti Triapriyanti berperan sebagai penganti sang ayah untuk mendampingi ibunda tercinta ke Tanah Suci.
Susanti Triapriyanti yang keluar dari pintu kedatangan fast track Bandara King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi, petang itu, tampak sedikit gelisah.
Sesekali Susanti Triapriyanti menoleh ke belakang sambil menanti sang ibunda yang duduk di kursi roda keluar dari Bandara.
"Maaf saya boleh menunggu ibu saya,” tanya Santi kepada petugas PPIH Daker Bandara yang tengah melayani jemaah lansia dan disabilitas untuk naik ke golf car atau mobil khusus.
"Boleh Teh, silahkan, “ jawab seorang petugas, dikutip Wartasuluh.com dari laman Kemenag.go.id, Senin (26/5/2025).
Selang beberapa menit ibunda keluar bersama rombongan Kloter JKS 31 lainnya dan Santi pun senyum bahagia.
"Alhamdulillah ya Allah kami diberi kemudahan mulai dari masuk asrama hingga tiba di Bandara Jeddah. Petugasnya ramah-ramah dan sangat membantu kami. Mama saya diperlakukan dengan baik” kata Santi sambil berjalan menuju terminal bus bandara.
Perempuan bernama lengkap Susanti Triapriyanti ini merupakan anak bungsu dari dua bersaudara.
Ia pun tidak menyangka bila panggilan ke Baitullah untuk berhaji jatuh kepadanya atas permintaan sang ibu untuk mengantikan ayah dan sebagai pendamping.
"Ibu saya awalnya menunjuk kakak saya, namun kakak menolak dengan alasan tertentu. Alhasil ibu meminta saya. Waktu itu saya menolak karena saya tidak mau membebani orang tua yang sudah jauh hari menabung untuk berhaji dan saya juga merasa belum siap,” kenang Santi.
Kedua orangtuanya adalah pedagang kaki lima perlengkapan jenazah di Kota Bandung atau lebih akrab dengan sebutan penjual rampe.
Dari usaha inilah kedua orangtuanya menabung belasan tahun silam untuk mewujudkan impian ke Baitullah menunaikan rukun Islam kelima.
Pada tahun 2016 sang ibu mengalami kecelakaan sepeda motor dan menyebakan luka serius di lutut dan kaki.
Namun luka tersebut dilewati sang ibu dengan tegar dan mengangap luka biasa. Barulah pada tahun 2024 kaki sang ibu kembali sakit dan harus duduk di kursi roda.
"Alhamdulillah sampai di Tanah Suci kondisi kaki mama mulai membaik dan tidak separah waktu jelang berangkat. Bahagia dan senang sekali berada si Makkah. Mama saya seorang pedagang dan saya Alhamdulillah bisa mendampinggi mama,” ujar Santi dihubunggi dari Jeddah, Minggu (25/5/2025).
"Antara tidak percaya dan terharu ternyata sampai ke Baitullah itu raut wajah papa selalu terbayang dan papa serasa ada bersama kami di Tanah Suci. Banyak doa yang keluar di bibir ini untuk almarhum papa,” ungkap Santi seusai menunaikan Umrah Wajib.
Santi pun awalnya sempat khawatir pasti repot membawa dan mendapinngji ibu yang duduk di kursi roda ke Tanah Suci.
"Alhamdullah petugasnya hajinya baik-baik membuat kita tambah semangat untuk beribadah. Awal mula saya berfikir pasti repot nemani mama yang duduk di kursi roda. Ternyata semuanya dipermudah dan menyenangkan di Tanah Suci ini. Terima kasih petugas haji Indonesia, “ ujarnya.
Cerita Santi, usaha jualan perlatan jenazah atau rampe sudah dijalani ibunya sejak turun temurun.
Lebih dari 40 tahun ibunya jualan peralatan jenazah di tepi jalan atau kaki lima, seperti bungga, kain, tikar, kapas dan orang bandung pasti tau kalau jualan alat jenazah atau rampe itu di Cisadas
"Jadi dari nenek sampai ke mama itu sudah berjualan selama 60 tahun. Awal mula pendaftaran saya lah yang mendaftarkan almarhum papa dan mama, “ tandas Santi. (kha)