3.031 Titik Hotspot Sepanjang Juli 2025 di Riau, Wakil Menteri Kehutanan dan Kepala BNPB Tinjau Karhutla

Sebanyak 3.031 titik hotspot terdapat di Riau sepanjang Juli 2025. Secara keseluruhan, jumlah hotspot di Riau sepanjang 1 Januari hingga 20 Juli 2025 mencapai 4.449 titik.

3.031 Titik Hotspot Sepanjang Juli 2025 di Riau, Wakil Menteri Kehutanan dan Kepala BNPB Tinjau Karhutla
Sebanyak 3.031 titik hotspot terdapat di Riau sepanjang Juli 2025. Secara keseluruhan, jumlah hotspot di Riau sepanjang 1 Januari hingga 20 Juli 2025 mencapai 4.449 titik. FOTO: Manggala Agni

WARTASULUH.COM, PEKANBARU - Sebanyak 3.031 titik hotspot terdapat di Riau sepanjang Juli 2025. Secara keseluruhan, jumlah hotspot di Riau sepanjang 1 Januari hingga 20 Juli 2025 mencapai 4.449 titik.

Wakil Menteri Kehutanan, Sulaiman Umar, turun langsung meninjau titik-titik kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau bersama Kepala BNPB serta perwakilan kementerian dan lembaga lainnya.

Langkah ini disebut sebagai respons cepat pemerintah untuk mengakselerasi penanganan karhutla di lapangan secara terpadu.

"Kondisi iklim dan cuaca di Provinsi Riau saat ini meminta perhatian kita bersama," ujar Sulaiman Umar, Selasa (22/7/2025).

Ia menambahkan bahwa meski sempat terdeteksi asap lintas batas pada 19 Juli, situasi membaik keesokan harinya.

"Pada tanggal 20 Juli 2025, kondisi asap sudah membaik dan tidak terdeteksi asap lintas batas," lanjutnya.

Pantauan Satelit Himawari BMKG menunjukkan sebaran asap karhutla masih terlihat di wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Hal ini sejalan dengan laporan terbaru Sistem Pemantauan Karhutla Kementerian Kehutanan – SiPongi, yang mencatat Rokan Hilir sebagai daerah dengan jumlah hotspot tertinggi di Riau, mencapai 1.767 titik. Disusul Rokan Hulu (1.114 titik) dan Dumai (333 titik).

Secara keseluruhan, jumlah hotspot di Riau sepanjang 1 Januari hingga 20 Juli 2025 mencapai 4.449 titik, dengan lonjakan tertinggi terjadi pada bulan Juli, yakni sebanyak 3.031 titik.

Upaya darurat seperti Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) juga telah dilakukan sebagai bagian dari strategi penanganan.

OMC yang digelar BNPB dan BMKG bersama mitra swasta telah memasuki dua tahap dengan total 14 sortie dan 12.600 kg garam (NaCl) yang disemai ke awan untuk memicu hujan buatan.

"OMC menjadi langkah penting dalam mengurangi potensi kekeringan, terutama di lahan gambut yang rawan terbakar," ujar Sulaiman.

Adapun patroli pencegahan dan pemadaman dilakukan secara masif oleh tim gabungan, termasuk Manggala Agni, TNI, Polri, serta Masyarakat Peduli Api (MPA).

Saat ini, patroli terpadu telah berlangsung di 9 posko desa di Riau, sedangkan patroli mandiri dilakukan di 19 posko desa lainnya.

Berdasarkan perhitungan Kementerian Kehutanan, luas karhutla di Riau selama periode Januari–Mei 2025 mencapai 751,08 hektare, dengan dominasi lahan gambut sebesar 695,72 hektare atau 96,23 persen. Sisanya merupakan lahan mineral. Sebanyak 97,81 persen kebakaran terjadi di tutupan non-hutan.

Sulaiman Umar menegaskan pentingnya sinergi seluruh pemangku kepentingan.

"Kolaborasi pemerintah pusat, daerah, TNI, Polri, swasta, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam pengendalian karhutla."

Dirjen Penegakan Hukum Kehutanan, Januanto, menyampaikan bahwa 120 personel Manggala Agni telah dikerahkan, termasuk pasukan bantuan dari luar provinsi seperti Jambi dan Sumatra Selatan.

"Bahkan dari luar Riau seperti Daops Bukit Tempurung Jambi, Daops Sarolangun Jambi, dan Daops Musi Banyuasin Sumsel juga dikerahkan," kata Januanto. (kha)