Sama-sama Mengandung Kafein, Lebih Baik Matcha atau Kopi?

Sama-sama Mengandung Kafein, Lebih Baik Matcha atau Kopi?
Sama-sama Mengandung Kafein, Lebih Baik Matcha atau Kopi?, Foto: Mindlab

WARTASULUH.COM- Tren matcha tengah merajalela di mana-mana. Tak hanya di Indonesia tapi juga di banyak negara. Di Jakarta, seiring meningkatnya tren matcha, mulai banyak kafe atau kedai yang menyediakan juga menu serba mathca, mulai dari matcha latte, smoothie, hingga dessert berbalut bubuk hijau ini.

Bahkan generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, banyak yang mulai beralih mencoba matcha. Mereka tertarik bukan hanya karena rasanya yang unik, tapi juga karena matcha identik dengan gaya hidup sehat.

Reuters bahkan melaporkan bahwa permintaan global terhadap matcha melonjak tajam dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh konsumen muda yang mencari alternatif minuman yang dianggap lebih baik bagi tubuh.

Dikutip dari The Conversation, matcha bahkan disebut sebagai superfood. Seperti teh hijau dan teh hitam, matcha berasal dari tanaman camellia sinensis. Bedanya terletak pada cara penanaman dan pengolahannya.

Teh hitam difermentasi, teh hijau biasa hanya dikeringkan, sementara matcha ditanam dengan cara diberi naungan selama beberapa minggu sebelum dipanen.

Metode ini mengubah kandungan kimia dalam tanaman, meningkatkan zat seperti klorofil dan asam amino, sekaligus memberi matcha rasa khas dan warna hijau pekat. Daunnya kemudian dikeringkan dan digiling halus menjadi bubuk sesuai dengan namanya dalam bahasa Jepang yang berarti “teh bubuk”.

Bedanya terletak pada cara penanaman dan pengolahannya. Teh hitam difermentasi, teh hijau biasa hanya dikeringkan, sementara matcha ditanam dengan cara diberi naungan selama beberapa minggu sebelum dipanen.

Metode ini mengubah kandungan kimia dalam tanaman, meningkatkan zat seperti klorofil dan asam amino, sekaligus memberi matcha rasa khas dan warna hijau pekat. Daunnya kemudian dikeringkan dan digiling halus menjadi bubuk sesuai dengan namanya dalam bahasa Jepang, yang berarti “teh bubuk”.

Matcha juga menawarkan manfaat yang mirip dengan teh hijau karena kandungan polifenol yang tinggi, termasuk flavonoid yang dikenal sebagai antioksidan. Bedanya, karena daun matcha dikonsumsi utuh dalam bentuk bubuk, konsentrasi zat bermanfaat ini bisa lebih tinggi.

Selain antioksidan, matcha juga bermanfaat untuk antimikroba, antiinflamasi, anti-obesitas, hingga antikanker. Matcha juga dipercaya bisa meningkatkan fungsi otak, meredakan stres, menjaga kesehatan jantung, hingga membantu mengatur kadar gula darah.

Namun, sebagian besar bukti masih berasal dari penelitian di laboratorium (sel dan hewan), bukan uji klinis besar pada manusia. Jadi, meski hasil awal menjanjikan, klaim ini belum bisa dianggap pasti.

Satu hal yang jelas, matcha mengandung kafein lebih banyak daripada teh hijau biasa, tapi biasanya lebih sedikit dibanding kopi. Kafein sendiri punya manfaat jika dikonsumsi dalam jumlah wajar yaitu untuk meningkatkan fokus, suasana hati, metabolisme, hingga menurunkan risiko penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson.

Matcha vs Kopi?

Jika dibandingkan dengan kopi, keduanya sama-sama mengandung antioksidan dan baik untuk kesehatan jantung. Hanya saja, kopi sudah lebih banyak diteliti dengan panduan konsumsi yang lebih jelas, 3–4 cangkir per hari dianggap batas aman bagi kebanyakan orang.

Untuk matcha, anjurannya sedikit lebih rendah, sekitar 1–3 cangkir per hari, kemungkinan karena kandungan polifenol yang lebih tinggi. Baik teh maupun kopi mengandung tanin dan polifenol yang bisa mengganggu penyerapan zat besi, terutama dari makanan nabati.

Konsumsi dalam jumlah besar, apalagi berdekatan dengan waktu makan, bisa meningkatkan risiko anemia. Karena itu, disarankan minum matcha atau kopi setidaknya dua jam sebelum atau sesudah makan.

Ada hal lain yang perlu diperhatikan. Kopi dan matcha sama-sama agak asam, sehingga bisa menimbulkan ketidaknyamanan pencernaan atau refluks pada orang dengan perut sensitif. Bedanya, matcha mengandung L-theanine, asam amino yang menenangkan dan bisa menetralkan efek “berdebar” dari kafein. Hal ini membuat matcha lebih ramah untuk mereka yang mudah cemas.

Baik kopi maupun matcha sama-sama memiliki manfaat kesehatan. Pilihan terbaik tergantung kebutuhan dan preferensi pribadi. Kopi lebih cocok bagi mereka yang tahan terhadap kafein dan terbiasa minum beberapa cangkir sehari. Sementara matcha bisa jadi alternatif bagi yang ingin mengurangi kafein tapi tetap mendapatkan manfaat antioksidan, tanpa efek gelisah atau “crash” setelahnya.

Lantas apa yang terjadi pada tubuh ketika minum matcha setiap hari?

Dikutip dari Eating Well, konsumsi matcha secara rutin dapat membantu menekan pertumbuhan sel kanker dan mengurangi stres oksidatif yang berpotensi merusak DNA. Efek ini dikaitkan dengan kandungan EGCG (epigallocatechin gallate), salah satu katekin paling kuat dalam matcha. Namun, penelitian klinis lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk memastikan manfaat pencegahan kanker ini.

EGCG dalam matcha juga bermanfaat bagi kesehatan usus dengan menekan pertumbuhan bakteri berbahaya dan mendukung bakteri baik. Karena itu, matcha bisa menjadi tambahan diet yang baik bagi penderita IBS (Irritable Bowel Syndrome), IBD (Inflammatory Bowel Disease), SIBO, atau infeksi H. pylori.

Selain itu, rutin minum matcha dipercaya bisa membantu menjaga gula darah tetap stabil. Senyawa quercetin di dalamnya berperan dalam mengatur sekresi insulin dan metabolisme karbohidrat, sehingga cocok bagi yang ingin menjaga kadar gula.

Kombinasi EGCG dan kafein dalam matcha mampu sedikit meningkatkan metabolisme dan pembakaran lemak melalui proses termogenesis (produksi panas tubuh). Efeknya memang kecil, namun bisa mendukung program penurunan berat badan bila dikombinasikan dengan pola makan sehat.

Kendati aman dikonsumsi setiap hari, ada hal yang perlu diperhatikan. Matcha dan kopi sama-sama mengandung kafein, sehingga jika dikonsumsi berlebihan bisa menyebabkan sulit tidur, cemas, atau sakit kepala.