Kisah Perjalanan Spiritual LaNyalla di Masjid Sunan Giri
Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur, memiliki arti penting bagi Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.
WARTASULUH.COM, JAKARTA - Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur, memiliki arti penting bagi Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Masjid tersebut menjadi saksi sejarah perjalanan spiritual seorang LaNyalla.
Di masjid yang berada di kompleks Makam Sunan Giri tersebut, ia banyak menghabiskan waktu untuk mendekatkan diri kepada Sang Ilahi.
Saat berusia 27 tahun, LaNyalla muda memulai titik balik transformasi kehidupan spiritualnya. Berawal saat ia menjadikan Masjid Sunan Giri sebagai 'tempat tinggal' sementara.
Kisaran tahun 1986-1987, Senator Jawa Timur itu banyak menghabiskan waktu untuk beribadah di Masjid Sunan Giri yang terletak 45 km dari Surabaya. LaNyalla yang berdomisili di Surabaya, bahkan sempat menginap selama 40 hari dengan tidur di atap masjid.
Selama 40 hari itu, LaNyalla menyendiri berkhalwat dengan sang Pencipta. Mantan Ketua Umum PSSI tersebut berzikir, melakukan ritual wajib dan sunah di Masjid Sunan Giri guna menempa diri untuk menjadi manusia dengan sisi pribadi spiritual yang baik.
Seorang sahabat LaNyalla, Zainul Fuad menjadi saksi hidup perjuangan spritual pria kelahiran 10 Mei 1959 tersebut. Hanya Zainul yang mengetahui LaNyalla tinggal di menara Masjid Sunan Giri saat sedang berkhalwat.
"Di atas atap sampai 40 hari, tapi ndak ada yang tahu, cuma saya sendiri yang tahu. Yang jaga juga ndak tahu," cerita Zainul dengan logat khas Gresik.
Zainul-lah yang membantu LaNyalla saat itu. Ia yang membawakan makanan untuk LaNyalla sahur dan berbuka. Menurutnya, LaNyalla melakukan puasa selama 40 hari sebagai salah satu cara yang ditempuhnya dalam berkhalwat.
"Makanan saya yang kirim, karena belum ada air mineral yang botolan, ya saya pakai kendi isi air mateng, sama nasi bungkus," kata Zainul yang tinggal di dekat Kompleks Pemakaman Sunan Giri.
Selama tinggal di Masjid Sunan Giri, LaNyalla tidur di bawah bedug. Balok tiang bedug itulah yang menjadi tumpuan untuk bantal tidur pria yang kini menjadi pucuk tertinggi pimpinan Dewan Perwakilan Daerah RepubIik Indonesia.
Saat itu LaNyalla belum menjadi apa-apa. Di balik kesuksesannya kini, mantan Ketua Umum Kadin Jawa Timur itu bahkan pernah menjadi sopir angkot dan bekerja serabutan.
Bahkan LaNyalla juga sempat dikenal 'hidup' di dunia malam. Padahal, ia hanya berusaha merangkul teman-temannya agar rajin beribadah. Hal itu dilakukan LaNyalla sebagai salah satu caranya berdakwah.
Selama berkhalwat di Masjid Sunan Giri, LaNyalla berdoa dan terus berzikir agar kehidupannya bisa lebih baik. Bahkan tokoh yang kini dipercaya sebagai Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jawa Timur itu juga pernah berjalan kaki berziarah ke makam Walisongo di berbagai daerah yang berlangsung selama berbulan-bulan.
"Dia berdoa, memang dia masih nol, belum ada kerjaan. Dia minta kepada Allah supaya diberikan kerjaan dengan baik, dengan berkah, pokoknya dia minta bekerja yang baik," tutur Zainul.
Selama tinggal di Masjid Sunan Giri, LaNyalla juga berusaha bersosialisasi dengan warga sekitar. Ia juga memiliki misi untuk merangkul pemuda kampung yang dicap warga sebagai preman.
Tentunya hal tersebut merupakan tantangan besar karena tidak mudah dilakukan. Namun LaNyalla tak gentar. Pengusaha yang meniti hidup dengan penuh kelok itu mengumpulkan keberanian untuk membimbing para pemuda 'sesat' agar lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memperbaiki ibadah.
Niat baiknya pun juga tak mudah diterima warga. LaNyalla banyak menemukan penolakan, apalagi sempat ada kesalahpahaman karena ia dianggap mempraktikkan ajaran Islam yang menyimpang.
LaNyalla juga dianggap sebagai ketua preman karena sering bergaul dengan pemuda-pemuda nakal. Menurut Zainul, LaNyalla bahkan sempat diusir oleh warga.
"Tantangan itu luar biasa dari masyarakat. Salat di masjid diusir, dimatikan lampu karena ada kesalahpahaman. Bapak dikeluarkan, tapi Bapak menerima, akhirnya datang lagi tahun 89," ujarnya.
LaNyalla kemudian membuktikan diri. Di tahun 1989, pria yang lahir dari keluarga Bugis tersebut membuat pameran dagang dengan nama Kreativitas Anak Muda Indonesia (KAMI). Sayangnya, pameran pertama LaNyalla gagal dan sempat membuatnya bangkrut sampai terlilit hutang.
Namun LaNyalla tak patah arang. Ia tidak gentar dengan kegagalannya dan tetap menekuni dunia usaha. Di tahun 1990, mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim ini kembali membuat pameran dengan mendapat sponsor besar. Ia mengubah nama pamerannya dengan brand 'Surabaya Expo'.
Pameran yang digagas LaNyalla pun sukses besar. Bahkan Surabaya Expo menjadi agenda tahunan hingga awal tahun 2000.
LaNyalla kemudian kembali ke Masjid Sunan Giri. Ia juga meyakinkan warga bahwa apa yang dilakukannya semata-mata untuk kebaikan masyarakat.
"Bikin pameran kan Bapak, tahun '91 jaya Bapak. Akhirnya orang-orang sini tahu kalau Bapak itu benar-benar orang baik. Karena terkenalnya itu kan Bapak preman gitu. Padahal Bapak membimbing preman. Ada orang nakal dirangkul, dikasih nasihat, diajak ke masjid salat. Tapi dianggap masyarakat Bapak ketua preman," papar Zainul sambil terkekeh.
Sejak saat itu, LaNyalla diterima dengan baik oleh warga sekitar Masjid Sunan Giri. LaNyalla sendiri juga menjadikan Masjid Sunan Giri sebagai 'rumah' keduanya. Saat masih tinggal di Surabaya, kata Zainul, LaNyalla sering sekali datang.
"Kalau masih di Surabaya sering bapak ke sini malam-malam. Jam setengah 12, pulang subuh. Memang bapak itu senang puasa, senang salat," katanya.
Meski saat ini LaNyalla tinggal di Jakarta karena kesibukan pekerjaannya, ia sesekali juga masih sering menyempatkan datang ke Masjid Sunan Giri. Alumnus Universitas Brawijaya Malang tersebut juga selalu berkontribusi untuk peningkatan Masjid Sunan Giri dan warga di sekitarnya, walaupun dilakukan dari jauh.
Salah satu yang dilakukan LaNyalla adalah dengan membangun pusat pendidikan agama Islam, yaitu Taman Pendidikan Al-Qur'an atau Al-Qur'an Learning Center di area Masjid Sunan Giri. Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jawa Timur itu juga sering memberikan bantuan sosial kepada warga sekitar.
"Bangunan di sini Bapak pasti bantu, Bapak selalu ke sini. Bapak kalau ada rezeki pasti bantu. Sekolahan sini itu Bapak bantu. Madrasah banyak sekali bantuan dari Bapak. karena saya yang dipercayakan, jadi saya tahu. Warga juga sering dibantu," ungkap Zainul.
Atas pengabdian LaNyalla, banyak warga di sekitaran Kompleks Pemakaman Sunan Giri yang menjadi simpatisannya. Apalagi saat LaNyalla memimpin ormas Pemuda Pancasila Jawa Timur, ia banyak mendukung anggotanya untuk menjadi pengusaha atau entrepreneur agar kehidupan mereka menjadi lebih mapan.
"Saya itu juga salah satu bimbingan Bapak. Saya orang sini asli, saya bersyukur ketemu Bapak, dibimbing Bapak," tutup Zainul. (Rls)