LIPUTAN KHUSUS

Dari Seniman, Darwis Hantarkan Bandar Bakau Dumai Jadi Edu-Ekowisata

Secara profesional, PHR mengajaknya untuk berkolaborasi dalam penyelamatan hutan mangrove, telah memberikan kewenangan kepada KTH di BBD membangun jalan ‘tracking’ (menyusuri,red) beton ke BBD. 

Dari Seniman, Darwis Hantarkan Bandar Bakau Dumai Jadi Edu-Ekowisata
Secara profesional, PHR mengajaknya untuk berkolaborasi dalam penyelamatan hutan mangrove, telah memberikan kewenangan kepada KTH di BBD membangun jalan ‘tracking’ (menyusuri,red) beton ke BBD.  FOTO: Wartasuluh.com/Sri Lestari

WARTASULUH.COM, DUMAI - Suasana sejuk begitu terasa menerpa tubuh ketika memasuki kawasan Hutan Mangrove "Edu-Ekowisata Bandar Bakau" Kota Dumai, Senin (26/8/2024). Disambut deretan ribuan pohon mangrove dari berbagai jenis yang meneduhkan dan kicauan burung yang sahut menyahut membikin hati adem.

Menapaki tracking yang terbuat dari kayu berlebar kurang lebih 0,5 meter, rombongan puluhan wartawan dari media cetak, elektonik dan online peserta Pertamina Hulu Rokan News Award (PENA) gawean PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) begitu terkesima menyaksikan pemandangan asri yang bikin mata seketika segar setelah penat menempuh perjalanan sekitar 100 kilometer dari Pekanbaru.  

Berjalan lebih kurang 100 meter dari pintu masuk, rombongan disambut Managemen PHR dan pengelola di pelataran yang tepatnya bisa disebut sebagai panggung atau titik kumpul pengunjung.

Di lokasi ini, Analyst Social Performance PT PHR Priawansyah, Budayawan Melayu sekaligus pendiri NGO Pecinta Alam Bahri Club asal Dumai, Darwis Muhammad Saleh dan Agit Fernando dari staff RSF.

Dari keterangan pers yang diberikan, terungkaplah bahwa terbentuknya Bandar Bakau Dumai bukan semudah membalikkan telapak tangan atau seperti disulap "bin salabin abrakadabra". Ada perjuangan panjang yang menguras emosi, keringat dan penuh drama untuk bisa terwujudnya hutan mangrove yang keberadaannya sangat berarti untuk menyelamatkan lingkungan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. 

Dikisahkan oleh Darwis Muhammad Saleh yang juga merupakan seniman, sastrawan dan pelukis tentang asal muasal terbangunnya hutan mangrove yang berada di Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai tersebut. Darwis yang merupakan aktivis lingkungan mengaku bersama kelompok Tani Hutan Bandar Bakau Dumai mulai memikirkan bersama bagaimana mewujudkan hutan mangrove di Dumai.           

"Semangat kami naik turun untuk mewujudkan kawasan hutan mangrove ini. Sempat putus asa, tertatih sampai akhirnya bangkit lagi," ungkap pria 57 tahun ini mengawali kisahnya.

Bahkan dia pernah mengakui semangat pernah turun bahkan sampai di titik nadir. Kondisi itu terjadi disebabkan manajemen dan SDM yang minim. "Bila diibaratkan keadaan Bandar Bakau Dumai hampir jadi ‘nyirep’. Artinya tertidur nyayak tanpa geliat karena putus asa," ungkapnya.

Di tengah kepurukan itu, datang pertolongan. PHR hadir di tengah-tengah kondisinya dirinya yang genting.   Diungkapkan ayah tiga orang anak dan satu orang cucu ini bahwa disaat dirinya hampir menyerah, muncul hubungan emosional dengan pihak PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang ceritanya bukan tentang uang. Namun memberikan dukungan infrastruktur yang bentuknya disesuaikan dengan pengalamannya sebagai seniman yang mengangkat kultur konservasi hutan mangrove di Kota Dumai.

Kahadiran PHR yang profesional, jelas Darwis, telah menguntungkan pihaknya bukan dalam bentuk fisik. Tetapi telah mengubah mental para kelompok tani hutan (KTH) dan sekaligus mental para pengunjung kawasan BBD.

Secara profesional, PHR mengajaknya untuk berkolaborasi dalam penyelamatan hutan mangrove, telah memberikan kewenangan kepada KTH di BBD membangun jalan ‘tracking’ (menyusuri,red) beton ke BBD. 

Akhirnya perlahan namun pasti, obsesinya untuk bisa mewujudkan hutan mangrove di Kota Dumai bisa terwujud. Bahkan kini keberadaan hutan mangrove di atas hamparan lahan kurang lebih 25 hektar ini telah membawa multyplier effect bagi kehidupannya dan masyarakat sekitar.

Darwis merinci dampak yang diberikan adalah berdirinya jalan beton di tidak saja memberikan semangat untuk bangkit lagi. Namun mengubah karakter masyarakat ketika masuk ke BBD. "Dulunya masyarakat bebas masuk, kini BBD dengan perwajahan baru, tidak bisa dimasuki dengan bebas. Namun harus tercatat dan memberikan edukasi dan nilai tambah ekonomi. Misalnya, jika satu sekolah ingin berkunjung, maka harus ada pemberitahuan terlebih dahulu. 

Kemudian sebelum berkunjung, pihak perwakilan briefing terlebih dahulu  untuk bisa menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman. Selain itu, nilai konsumsi yang bisa dijual kepada pengunjung, serta paparan manfaat dan sejarah BBD Dumai yang bisa dikomersilkan.

“Dalam satu lalu ada sekitar 4000 pengunjung yang berasal dari kelompok seperti sekolah, wisatawan dari luar negeri atau manca negara, seperti ilmuan dari Rusia, Jepang, Malaysia, Montenegro dan lainnya. Dari kunjungan-kunjungan itu, keuntungan yang bisa kami catat adalah Rp20 juta sebulan," ungkap Darwis.

Sementara itu, Analyst Social Performance PT PHR Priawansyah mengatakan
Program konservasi mangrove dan ecoeduwisata Bandar Bakau Dumai, merupakan salah satu implementasi dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Dimana  program ini dilakukan sejak tahun akhir 2022. Sebelumnya, Bandar Bakau Dumai (BBD) masih belum memiliki infrastruktur.

Ketika mulainya kolaborasi ujar Priawansyah, PHR lebih lebih  fokus  kepada pembangunan infrastruktur di  hutan bakau. Dimana sebelum tahun 2022 tersebut, hutan bakau ini belum dibenahi. 

Selesainya jalan beton memudahkan warga masuk dengan lebih nyaman dan terkoodinir. Sedangkan nilai bantuan infrastruktur tersebut mencapai Rp300 juta lebih.

Pembangunan tersebut, jelas Priawansyah lagi, bisa dilihat mulai dari gapura pintu masuk. Kemudian bangunan sebelah kanan yang rencananya diperuntukkan sebagai pusat galeri dan administrasi. Lalu, jalan tracking beton ke beberapa arah,  yang menjadi akses para wisatawan masuk ke BBD. Selain itu,  dibangun juga panggung beton tempat berkumpul serta toilet umum.

Sejak dibukanya BBD kembali di tahun 2023, sudah banyak manfaat yang sudah diperoleh masyarakat. Sama seperti yang dikatakan Darwis, tingkat kunjungan sudah mencapai lebih dari 4.000 pengunjung, baik dari anak sekolah belajar mangrove, wisatawan dari dalam negeri dan luar negeri serta para ilmuan dan akademisi. "Saya telah menerima informasinya sejak kemarin sore,” ujarnya

Priawan juga menerima informasi pengunjung yang datang tidak saja dari lokal, namun juga dari luar negeri. Seperti peneliti Rusia datang. Mereka meneliti burung endemi yang datang dari negara mereka yang berimigrasi ke pesisir Riau. 

“Sebab jika burung itu punah dari negara mereka, maka akan ada hama yang muncul dan itu membahayakan negara mereka. Namun saya tidak tahu nama burung yang berimigrasi tersebut. Ini artinya ekologi kita sudah makin membaik di sini,” papar Priawansyah.


Pria juga menyatakan bahwa timnya telah melakukan riset terhadap hutan tersebut. Hasilnya diketahui melalui konservasi hutan mangrove seluas 24 hektar ini, ternyata memiliki kemampuan mengurangi emisi karbon hingga 1,268 ton CO2Eq atau setera emisi dari 845 mobil.

Hasil riset yang dilakukan PHR, sebanyak 25 hektar hutan mangrove, sama atau equivalen dengan mereduksi karbon dioksida yang dikeluarkan lebih dari 800 mobil.

"Mangrove salah satu hutan yang banyak menyerap karbon disoksida dibandingkan hutan tropis. Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian lingkungan," tegasnya.

Bagi PHR, kepedulian terhadap hutan mangrove tidak saja untuk mengurangi emisi karbon. Melalui program konservasi mangrove, kehidupan flora fauna seperti, Lutung Sumatera, Kucing Bakau yang bergantung hidup pada mangrove bisa terjaga ekosistemnya. 

Agit Fernando dari staff RSF menjelaskan intervensi PHR yang sudah membangun infrastruktur sudah mempermudah akses kunjungan ke BBD. Tujuan utama, yakni, untuk meningkatkan ekonomi KTH. Selain itu, tujuan BBD ini  untuk wisata mangrove di Dumai. 

Hal ini dikarenakan jumlah wisata mangrove tidak banyak. Sementara ada banyak manfaat hutan mangrove, seperti penyerapan karbon lebih tinggi dibandingkan hutan tropis. Karena itu sangat membutuhkan adanya  konservasi mangrove.

Agit mengungkapkan beberapa minggu lalu,  pihaknya melakukan survei di kawasan tersebut. Ditemukam ada 16 jenis burung, ada primata pandemik, jenis lutung kokha, jenis lutung kokah berkurah dan lutung kelabu yang dilindungi. Ada kera ekor panjang, dan juga ada beruk. Salah satu satwa jenis burung disini juga dilindungi, yakni raja udang berwarna biru. (Sri Lestari)