Mengenal Apa itu 'Brain Rot' Fenomena Pembusukan Otak Karena Media Sosial
WARTASULUH.COM-Di era digital, penggunaan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun belakangan ini muncul istilah yang cukup mengkhawatirkan, yakni "Brain Rot" atau "Pembusukan Otak."
Istilah ini diartikan sebagai perasaan yang dialami setelah menghabiskan banyak waktu untuk menelusuri media sosial.
Aktivitas tersebut dilakukan tanpa tujuan, tanpa berpikir, dan menikmati konten-konten yang diterima di media sosial.
Pengertian Brain Rot
Menurut psikolog konsultan dan pendiri The Chelsea Psychology Clinic, Dr Elena Touroni, 'Brain rot' atau 'pembusukan otak' adalah istilah yang digunakan orang untuk menggambarkan perasaan tidak bersemangat atau mati rasa, yang dialami saat mengonsumsi terlalu banyak konten berkualitas rendah secara berulang-ulang.
“Itu adalah perasaan terkuras atau tumpul secara mental setelah berjam-jam menggulir media sosial, menonton acara secara maraton, atau terlibat dalam materi yang tidak menantang atau merangsang pikiran,” jelasnya.
Dikutip dari laman Irish Examiner , kata 'brain rot' digunakan pertama kali oleh penulis Amerika Henry David pada 1854 dalam bukunya Walden. Menurut Touroni, 'pembusukan otak' menggambarkan pengalaman bersama di dunia hiper digital. Kondisi ini membuat banyak orang merasa puas pada layar.
Dengan maraknya konten-konten berdurasi pendek, seperti TikTok dan Instagram Reels, dan bertambahnya waktu yang dihabiskan secara berani, istilah-istilah tersebut telah menarik perhatian.
“Istilah ini juga mencerminkan meningkatnya kesadaran tentang bagaimana kebiasaan digital kita dapat mempengaruhi kejernihan dan kesejahteraan mental kita,” terang Touroni.
Craig Jackson, profesor psikologi kesehatan kerja di Birmingham City University mengatakan tidak ada perubahan fisik pada otak, atau sistem saraf pada mereka yang terlalu banyak terpapar media 'pembusukan otak'. Tetapi itu merupakan perubahan kognitif dan perilaku.
Dampak Negatif 'Brain Rot'
Perubahan kognitif dan perilaku yang terjadi mencakup berbagai dampak negatif. Dampaknya seperti menurunnya produktivitas hingga rasa tidak puas, bahkan rasa bersalah karena membuang-buang waktu.
“Hal itu juga dapat mempengaruhi kesehatan mental, yang menyebabkan perasaan stres, cemas, atau gagalnya tujuan hidup. Dan seiring berjalannya waktu, hal itu dapat berusaha untuk fokus pada aktivitas yang bermakna atau terhubung dengan pikiran yang lebih dalam,” beber Touroni.
Cara Mengatasi 'Brain Rot'
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi 'brain rot' atau 'pembusukan otak', yakni:
1. Tetapkan batasan
Batasi akses ke media sosial dan lakukan itu secara disiplin. Saya bermaksud membatasi penggunaan hingga beberapa kali sehari dan untuk jangka waktu tertentu.
2. Tentukan kegiatan alternatif lain
Untuk mengurangi scrolling media sosial, cobalah mencari aktivitas alternatif. Misalnya seperti membaca buku, membuat jurnal, atau mencoba hobi baru.
3. Banyak bergerak
Menurut Touroni, olahraga teratur adalah cara yang ampuh untuk mengatasi kabut mental atau kabut mental. Caranya, bisa dengan berjalan kaki sebentar di luar ruangan untuk menjernihkan pikiran dan meningkatkan fokus.
4. Detoks digital
Detoks digital dan penghentian total media sosial dapat mengubah cara pengguna memandang hubungan mereka dengan media sosial. Saya ingin beristirahat sejenak dari media sosial.
5. Coba kegiatan yang mengasah otak
Saya bermaksud melakukan kegiatan yang mengasah otak, seperti mempelajari keterampilan baru, memecahkan teka-
teki, atau berbincang dengan orang lain.