KLHK Bantu Pemulihan Ekonomi Riau Melalui Program Padat Karya Mangrove
Merespon situasi pandemi Covid-19, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membantu pemulihan ekonomi nasional melalui program padat karya penanaman mangrove.
WARTASULUH.COM, PEKANBARU - Merespon situasi pandemi Covid-19, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membantu pemulihan ekonomi nasional melalui program padat karya penanaman mangrove. Secara nasional, program ini ditargetkan seluas 15.000 ha dengan melibatkan Kelompok Tani Hutan (KTH) yang tersebar di 34 provinsi.
Di Provinsi Riau, Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Indragiri Rokan, telah memulai pelaksanaan program dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat yang beragam.
''Target pelaksanaan program padat karya mangrove di Riau seluas 500 ha, tersebar di 5 Kabupaten yang memiliki kawasan pesisir, yakni Kabupaten Siak, Bengkalis, Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Kabupaten Kepulauan Meranti,'' kata Kepala BPDASHL Indragiri Rokan, Ir Tri Esti Indrarwati, Senin (28/09/2020).
Tahapan padat karya mangrove di Riau sudah masuk verifikasi lapangan. Dari data sementara, ada lebih dari 20 kelompok masyarakat di 19 Desa dan 11 Kecamatan di Provinsi Riau akan terlibat dalam kegiatan penanaman mangrove ini. Artinya akan ada lebih dari 500 orang akan mendapatkan langsung manfaat dari program padat karya mangrove.
Melalui kegiatan ini masyarakat akan mendapatkan upah harian yang diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat di masa pandemi.
Pelaksanaan kegiatan padat karya penanaman mangrove pada tingkat tapak, dilaksanakan dimulai dengan penyusunan rancangan tekhnis penanaman mangrove.
Adapun penyusunan rantek terdiri dari kegiatan lapangan guna memastikan keberadaan kelompok, kelayakan lokasi penanaman, menentukan pola penanaman (intensif atau pengkayaan), pengukuran dan pemancangan batas lokasi penanaman, dan penyusunan dokumen rantek sederhana.
Tim dari BPDASHL Indragiri Rokan, langsung turun ke kelompok-kelompok masyarakat guna melakukan dialog dan penyusunan tahapan rantek, menampung berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat terkait program ini, sekaligus mencarikan solusinya bersama.
''Pekerjaan penanaman akan dimulai awal Oktober sampai dengan akhir tahun. Program padat karya mangrove tidak hanya akan memberi manfaat ekonomi, juga diharapkan dapat memberi manfaat pemulihan lingkungan, terutama di kawasan pesisir Provinsi Riau," kata Esti.
Dengan terjaganya ekosistem mangrove, akan membawa manfaat meningkatnya ketersediaan produksi ketam/kepiting mangrove, ikan, cumi, kerang dan lainnya yang dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar. (rilis)