Waspada Gelombang III Covid-19 Februari-Maret, Diprediksi Kasus Tembus 380 Ribu per Hari

Waspada Gelombang III Covid-19 Februari-Maret, Diprediksi Kasus Tembus 380 Ribu per Hari
Ilustrasi

WARTASULUH.COM, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan prediksi pertambahan kasus harian virus Corona (Covid-19) sebanyak 380 ribu per hari pada April nanti sangat mungkin terjadi. Sebab, penyebaran varian Omicron 3-4 kali lebih cepat dari varian Delta

Dicky bahkan menyebut pertambahan kasus harian bisa tembus 1 juta per hari. Hal itu ia sampaikan merespons prediksi Lembaga Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang menyebut pertambahan kasus harian bisa tembus 387.850 per hari pada 1 April 2022 dipicu oleh Omicron.

"Terkait potensi 380 ribu itu sangat mungkin. Bahkan lebih dari itu amat sangat mungkin. Bisa 1 juta per hari seperti di Amerika Serikat," kata Dicky seperti dilansir CNNIndonesia.com, Kamis (6/1/2022).

"Karena apa, ini bicara omicron yang begitu efektif dalam menginfeksi bahkan 3-4 kali lebih cepat dan lebih banyak dari delta varian," imbuhnya.

Kasus varian Omicron sebagian besar tidak bergejala. Sehingga, sulit untuk dideteksi. Dicky menilai hal itu berpotensi untuk memicu laju pertambahan kasus Covid-19, terutama Omicron.

"Penyebarannya dari omicron ini banyak juga menyebar di orang yang sudah punya imunitas tadi sehingga kan samar. Silent dia. Karena tidak bergejala. Bahkan 90 persen tidak bergejala," jelas dia.

"Dan di tengah keterbatasan daya deteksi kita sehingga kan belum tentu mendeteksi peningkatan yang cepat. Ini lah salah satu kelebihan omicron," imbuhnya.

Gelombang III

Dicky juga masih kukuh pada prediksi gelombang ketiga yang akan terjadi pada Februari atau Maret tahun ini. Mekipun, ia menilai lonjakan kasus itu tak akan seburuk gelombang ke-2 yang terjadi Juni-Juli 2021.

Dicky menjelaskan ada beberapa hal yang dapat memicu gelombang ketiga terjadi. Pertama, banyak aktivitas yang mulai dilonggarkan pada PPKM kali ini.

Kedua, imunitas masyarakat masih tergolong kecil. Menurut Dicky, jika bicara penguatan imunitas maka berbicara capaian vaksin, bukan capaian warga terinfeksi yang secara alami mengeluarkan imun.

"Itu salah kaprah dan tidak etis. Yang harus ditingkatkan vaksinasi," ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) capaian vaksinasi dosis lengkap di Indonesia mencapai 55,26 persen per 5 Januari. Menurut Dicky capaian itu masih terbilang rendah untuk menghadapi Omicron.

Selain itu, Dicky juga menilai pemerintah harus menyelesaikan program booster secepat mungkin untuk kelompok rentan. Ia menyebut, pemerintah harus mengejar sebelum Maret berakhir.

"Kita perlu dia tas 85 persen kalau bicara Omicron. Rata rata yang negara aman 90 persen. Termasuk kita sudah harus segera memulai booster untuk kelompok berisiko tinggi. Klo bisa harus dicapai kalo bisa Maret ya. Bagaimana pun itu berisiko," ucapnya. (Ws)

Editor : delfi