Tak Cuma Kulit, Ini 5 Organ Paling Rawan Selama Cuaca Panas

Tak Cuma Kulit, Ini 5 Organ Paling Rawan Selama Cuaca Panas
Organ Paling Rawan Selama Cuaca Panas

WARTASULUH.COM- Sejak Juli 2023 lalu, sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami cuaca panas dan terik akibat musim kemarau.

Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu maksimum di sejumlah wilayah Indonesia pada September 2023 mencapai 38 derajat Celsius. Adapun, BMKG memperkirakan cuaca panas dan terik masih dapat berlangsung hingga akhir Oktober 2023.

"BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh, terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan, dan dampak buruk lainnya," imbau BMKG melalui akun Instagram resmi (@infobmkg), dikutip Selasa (10/10/2023).

Berkaitan dengan imbauan BMKG, dokter sekaligus epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengungkapkan bahwa cuaca panas dan paparan sinar matahari yang ekstrem memang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan manusia.

Prof. Dicky mengatakan, hal tersebut bisa terjadi karena sejumlah organ tubuh manusia memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap panas.

"Beberapa bagian atau organ tubuh manusia sangat rawan atau sensitif terhadap panas karena mereka berperan dalam mengatur suhu tubuh. Jika terpapar panas berlebihan, ini akan menyebabkan gangguan pengaturan suhu tubuh," ujar Prof. Dicky dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (10/10/2023).

Menurut Prof. Dicky, ada lima organ tubuh yang sensitif terhadap cuaca panas dan paparan sinar matahari ekstrem. Apa saja? Berikut rangkumannya.

1. Kulit

Kulit adalah organ tubuh terbesar manusia yang berfungsi sebagai pelindung dari kerusakan akibat benturan, kontak kimia, serangan bakteri, jamur, kuman penyakit, dan sinar matahari.

"Ketika kulit terekspos suhu yang tinggi maka kulit akan mengalami kemerahan, sunburn (terbakar sinar matahari), atau kondisi yang lebih parah, yakni heat stroke," papar Prof. Dicky.

Dalam kondisi terburuk, paparan sinar matahari dapat menimbulkan risiko kanker kulit, terutama jika tidak diberi perlindungan ekstra selama cuaca panas ekstrem.

Dengan demikian, Prof. Dicky mengimbau setiap individu untuk menggunakan pakaian panjang dan longgar, menggunakan payung dan topi ketika beraktivitas di luar ruangan, hingga menggunakan tabir surya (sunscreen)

"Kalau berbicara kulit, ya, mulai dari kepala sampai ke ujung kaki. Itu, kan, dilapisi kulit. Selain itu, pastikan cukup minum air [agar tidak mengalami dehidrasi]," kata Prof. Dicky.

2. Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular yang terdiri atas jantung dan pembuluh darah berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Ternyata, sistem ini juga rawan mengalami gangguan jika tubuh terlalu sering terpapar sinar matahari.

"Ketika suhu panas terjadi maka darah dan pembuluh darah kita mengalami vasodilatasi atau jadi mengembang atau melebar," jelas Prof. Dicky.

"[Jika hal itu terjadi] maka jantung bekerjanya jadi lebih keras lagi. Bebannya semakin besar untuk mensirkulasikan darah dan ini bisa menyebabkan peningkatan denyut jantung serta tekanan darah," lanjutnya.

Dalam hal ini, Prof. Dicky meminta para penderita penyakit kardiovaskular dan kelompok lanjut usia (lansia) untuk meningkatkan kewaspadaan dan perlindungan selama cuaca panas. Sebab, kedua kelompok tersebut paling berisiko mengalami gangguan sistem kardiovaskular akibat panas.

3. Ginjal

Selain sistem kardiovaskular, organ selanjutnya yang ternyata rawan selama cuaca panas adalah ginjal. Menurut Prof. Dicky, kondisi dehidrasi yang dialami manusia secara tidak langsung mampu mempengaruhi kesehatan ginjal.

"Ginjal berfungsi untuk meregulasi dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit di dalam tubuh. Panas ekstrem yang bisa menyebabkan dehidrasi bisa meningkatkan risiko gangguan ginjal," papar Prof. Dicky.

"Salah satunya adalah batu ginjal," tegasnya.

Dengan demikian, Prof. Dicky mengimbau setiap individu untuk selalu memastikan tubuh terhidrasi dengan mengonsumsi air mineral meskipun sedang tidak dalam keadaan haus.

4. Sistem Pernapasan

Beberapa waktu belakangan ini, kasus gangguan sistem pernapasan semakin meningkat, salah satunya akibat polusi udara. Namun, Prof. Dicky mengatakan bahwa gangguan kesehatan tersebut juga dipicu oleh musim kemarau serta udara lembap.

"Pada suhu panas, udaranya juga lembap, ini merangsang timbulnya keluhan-keluhan saluran napas," kata Prof. Dicky.

Lebih lanjut, Prof. Dicky mengungkapkan bahwa anak-anak adalah kelompok yang paling rentan mengalami gangguan sistem pernapasan akibat cuaca panas.

"Suhu cuaca panas itu mendukung timbulnya perburukan infeksi atau penyakit saluran napas pada anak, apalagi ditambah dengan buruknya kualitas udara yang seringkali dikaitkan dengan gelombang panas," bebernya.

5. Sistem Saraf Pusat

Organ terakhir yang berisiko mengalami gangguan akibat cuaca panas ekstrem adalah sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat adalah organ yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang.

Jika terlalu sering terpapar sinar matahari dan cuaca panas ekstrem, sistem saraf pusat dapat mengalami gangguan yang ditandai sejumlah gejala, seperti kebingungan, pusing, hingga hilang kesadaran.

"Dampak yang bisa muncul akibat panas antara lain dalam bentuk heat stroke, misalnya muncul gejala kebingungan, puyeng, pusing berputar, dan yang lebih berat kehilangan kesadaran," ujar Prof. Dicky.

Dengan demikian, Prof. Dicky mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, terutama saat waktu puncak panas, yakni antara pukul 10.00 hingga 16.00.