Ini Yang Terjadi Pada Rakyat Jika Harga Pertalite, Solar dan Tarif Listrik Naik

Ini Yang Terjadi Pada Rakyat Jika Harga Pertalite, Solar dan Tarif Listrik Naik

WARTASULUH.COM - Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar, LPG kemasan 3 kg, hingga tarif listrik pada tahun ini tidak tepat.

Menurutnya, penyesuaian tarif tiga golongan tersebut justru akan menurunkan kemampuan daya beli masyarakat lapisan ekonomi menegah ke bawah. Mengingat, kelompok masyarakat tersebut baru mengalami kondisi perekonomian yang lebih baik setelah turut terdampak pandemi Covid-19.

"Seperti yang sering saya sampaikan, masyarakat kita baru saja mengalami kenaikan komoditas lain yang berdampak terhadap daya beli mereka," Ujar Mamit Kamis (14/4/2022).

Ia melanjutkan, pada bulan Juni akan memasuki tahun ajaran baru kegiatan persekolahan. Sehingga, akan ada banyak pengeluaran masyarakat untuk biaya anak sekolah.

"Jadi, bisa di bayangkan beban yang harus ditanggung jika dilakukan kenaikan dalam waktu dekat ini," ucapnya.

Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar menunda terlebih dahulu rencana melakukan penyesuaian harga BBM subsidi, LPG 3 kg, hingga tarif listrik di tahun ini. Hal ini demi menjaga momentum perbaikan daya beli masyarakat sekaligus tren pemulihan ekonomi nasional yang terus berlanjut hingga memasuki kuartal I-2022.

"Beri ruang terlebih dahulu kepada masyarakat untuk meningkatkan perekonomian mereka agar bisa lebih baik lagi," tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberi sinyal akan menaikkan tarif listrik di tahun ini. Hal itu mengemuka dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta. 

"Dalam jangka pendek rencana penerapan tarif adjustment untuk tahun 2022 ini," ujar Menteri Arifin.

Menteri Arifin menjelaskan, penyesuaian tarif listrik ini diperlukan untuk menghemat pengeluaran APBN. Yakni, berkisar Rp 7 triliun sampai Rp 16 triliun.

Upaya lainnya untuk menekan beban APBN di sektor ketenagalistrikan, pemerintah akan melakukan optimalisasi pembangkit dengan bahan bakar sumber domestik PLTU dan PLT EBT. Kemudian, percepatan pembangunan PLTS Atap 450 MW, serta pembangunan pembangkit EBT dari APBN.

Selain itu, Menteri Arifin juga memberi sinyal akan menaikkan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar. Hal ini menjadi langkah pemerintah dalam menghadapi dampak kenaikan harga minyak mentah dunia.

Arifin menyebut, ketegangan geopolitik global akibat perang Rusia dan Ukraina menyebabkan harga minyak mentah dunia (ICP) melambung tinggi dari asumsi APBN. Yakni, mencapai USD98,4 per barel per Maret 2022.

"Adapun, asumsi awal kami di tahun 2022 ICP hanya sebesar USD 63 per barel," terangnya.

Sumber: Merdeka.com