Akhir Pekan Harga Komoditi Perkebunan Riau Alami Fluktuasi

WARTASULUH.COM,PEKANBARU- Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran, Disbun Riau, Defris Hatmaja mengatakan, harga komoditi perkebunan untuk beberapa produk di Provinsi Riau mengalami fluktuasi yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut data terbaru yang dirilis oleh Dinas Pertanian Provinsi Riau, harga komoditi perkebunan kelapa butiran di beberapa kabupaten untuk 17 - 24 Mei 2023 mengalami kenaikan, sementara harga kopra mutu kering dan tepung sagu basah juga mengalami perubahan.
"Harga komoditi perkebunan di Riau mengalami fluktuasi, kelapa butiran naik Rp87 per kg, kopra naik Rp300 per kg, tepung sagu naik Rp86 per kg, dan pinang turun Rp689 per kg," kata Defris.
Dalam periode minggu ini, harga kelapa butiran di Kabupaten Kuansing, Kampar, Kepulauan Meranti, Kabupaten Inhil mencapai Rp 2.925,- per kilogram. Angka ini mengalami kenaikan sebesar Rp 87,- jika dibandingkan dengan harga minggu sebelumnya.
Sementara itu, harga kopra mutu kering (100%) di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Harga saat ini mencapai Rp5.900,- per kilogram, mengalami peningkatan sebesar Rp 300,- dibandingkan dengan harga minggu lalu.
Tak hanya itu, tepung sagu basah juga mengalami kenaikan harga. Di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Kepulauan Meranti, harga tepung sagu basah saat ini mencapai Rp 2.286,- per kilogram. Terjadi kenaikan sebesar Rp 86,- per kg dibandingkan dengan harga minggu sebelumnya.
"Namun, ada juga komoditi perkebunan yang mengalami penurunan harga. Harga pinang kering (100%) di Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Kepulauan Meranti, dan Kabupaten Bengkalis turun menjadi Rp 6.021,- per kilogram," katanya.
"Angka ini mengalami penurunan sebesar Rp 689,- dibandingkan dengan harga minggu sebelumnya," Katanya.
Kenaikan dan penurunan harga komoditi perkebunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk permintaan pasar, ketersediaan pasokan, dan faktor-faktor eksternal lainnya.
"Petani dan pelaku usaha di sektor perkebunan diharapkan dapat memanfaatkan situasi ini dengan bijak untuk mengoptimalkan hasil dan keuntungan mereka," Ujarnya.