6 Gejala Gula Darah Tinggi yang Muncul saat Malam Hari
WARTASULUH.COM,PEKANBARU- Gejala gula darah tinggi yang muncul saat malam hari kerap diabaikan. Sebab, gejala yang diakibatkan diabetes tipe 2 ini begitu samar sehingga banyak orang yang hidup dengan kondisi tersebut tanpa menyadarinya.
Dilansir dari Express, Kamis (16/8/2023) salah satu gejala gula darah tinggi yang lebih umum adalah sering buang air kecil. Hal ini sering terjadi antara sore dan pagi hari. Perlu pergi ke toilet di malam hari dianggap normal. Namun, merasakan dorongan untuk buang air kecil lebih dari sekali dapat mengindikasikan masalah mendasar lainnya.
"Memiliki kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan kelebihan glukosa melalui urine. Dalam hal ini, lebih banyak gula muncul dalam urine dan mensimulasikan volume ekstra urine yang akan diproduksi," kata Diabetes.co.uk.
Gejala gula darah tinggi lain termasuk haus terus-menerus, kelelahan, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, penglihatan kabur, luka yang lama sembuhnya, dan gatal atau sariawan genital yang berulang. Lebih dari setengah miliar orang saat ini hidup dengan gula darah tinggi, dengan 96 persen substansial didiagnosis dengan tipe 2, yang terkait erat dengan obesitas.
Ini merupakan peningkatan lima kali lipat dari tahun 1980, ketika penyakit tersebut menyerang sekitar 108 juta orang. Diabetes sekarang menempati peringkat di antara sepuluh penyebab kematian. BMI (indeks massa tubuh) yang tinggi diidentifikasi sebagai faktor risiko utama, yang bertanggung jawab atas lebih dari setengah atau 52 persen kematian dan kecacatan. Kemudian diikuti oleh pola makan yang buruk, risiko lingkungan dan pekerjaan, merokok, aktivitas fisik yang rendah, dan penggunaan alkohol. Studi terbaru pun memperkirakan bahwa kasus diabetes dapat berlipat ganda pada 2050.
"Terlepas dari persepsi umum bahwa diabetes tipe 2 hanya terkait dengan obesitas, kurang olahraga, dan pola makan yang tidak sehat, pencegahan dan pengendalian jauh lebih kompleks karena berbagai faktor yang berkontribusi," jelas Dr Liane Ong dari University of Washington Seattle.
"Ini termasuk predisposisi genetik, serta hambatan logistik, sosial, dan keuangan dalam sistem struktural suatu negara, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah," tandasnya.