PHR dan Aparat Gabungan Solid Amankan Obvitnas Dumai, Gelar Latihan Gabungan Cegah Serangan Siber dan Aksi Teror

Kesiapsiagaan PHR terbukti tidak hanya bersifat internal, tetapi juga terintegrasi dengan pihak eksternal. Dalam skenario ini, Koordinator Port Security Committee (PSC) segera berkoordinasi dengan Kapolres Dumai. Respon dari aparat penegak hukum pun datang secara cepat: Tim Patroli Polairud, KSKP, dan PAMOBVIT bergerak serentak dari laut dan darat.

PHR dan Aparat Gabungan Solid Amankan Obvitnas Dumai, Gelar Latihan Gabungan Cegah Serangan Siber dan Aksi Teror
Latihan Gabungan Keadaan Darurat PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Dumai Terminal 2025. FOTO: Humas Pertamina Hulu Rokan

WARTASULUH.COM, DUMAI - Detik-detik mencekam mengusik ketenangan pagi di Pelabuhan 3 PHR Dumai Terminal. Sebuah insiden yang diawali dengan gangguan siber di Marine Office Dumai, disusul penampakan pesawat tanpa awak mencurigakan di atas area loading arm pelabuhan Dumai. Kurang dari 10 menit, rutinitas pengapalan ke kapal MT Atlas Link berubah menjadi skenario terburuk: dentuman keras ledakan mengguncang, memicu kebakaran hebat di sekitar loading arm dan menyebabkan dua korban luka-luka pagi itu.
 
Ini bukanlah bencana sesungguhnya, melainkan simulasi Latihan Gabungan Keadaan Darurat PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Dumai Terminal 2025, sebuah uji coba menyeluruh terhadap kemampuan dan ketahanan fasilitas operasi vital PHR dalam menghadapi ancaman multi-dimensi. 

Latihan ini berfokus pada tujuan utama: memastikan kesiapan sistem tanggap darurat (SERT) PHR dan validasi koordinasi lintas instansi dalam menghadapi tantangan operasional terberat dalam rangka Pemenuhan PP No. 31/2021 Pasal 212.2.a Tentang ISPS Code Pemenuhan Permenhub No. 58/2013 Pasal 19.2 tentang Penanggulangan Tumpahan Minyak.
 
Sesaat setelah simulasi ledakan, sistem tanggap darurat internal PHR teraktivasi secara cepat dan terstruktur. Mooring Master yang bertindak sebagai initial On Scene Commander (OSC) segera menginstruksikan emergency stop loading dan evakuasi korban. Tim SERT Dumai, yang terdiri dari FERT (Fire Emergency Response Team), Medical Task Force, Source Control, dan Security, langsung berkumpul di Command Center atau ruangan pusat kendali.
 
Tantangan utama yang diuji adalah kecepatan eskalasi keamanan. Dalam koordinasi dengan Port Security Officer (PSO), Port Facility Security Officer (PFSO) PHR menaikkan status keamanan fasilitas pelabuhan dari Security Level 1 menjadi Level 3, tingkat tertinggi. Prosedur Level 3 diaktifkan secara masif, mulai dari penggantian papan tanda, penambahan personel, hingga penutupan akses, menunjukkan kesiapan PHR dalam mematuhi regulasi keamanan internasional ISPS Code.
 
Kesiapsiagaan PHR terbukti tidak hanya bersifat internal, tetapi juga terintegrasi dengan pihak eksternal. Dalam skenario ini, Koordinator Port Security Committee (PSC) segera berkoordinasi dengan Kapolres Dumai. Respon dari aparat penegak hukum pun datang secara cepat: Tim Patroli Polairud, KSKP, dan PAMOBVIT bergerak serentak dari laut dan darat.
 
Melalui pengejaran dramatis yang melibatkan kapal mencurigakan (Transko Lumba-Lumba) dan pelarian darat, aparat gabungan berhasil melumpuhkan dan menangkap tiga orang tersangka teroris di dekat area Pelabuhan 3. Keberhasilan penangkapan ini menjadi indikasi kuat betapa solidnya jaring pengamanan antara PHR dan mitra keamanan negara.
 
Latihan ini dirancang untuk menguji batas kemampuan tim dengan menyajikan krisis berantai. Setelah api berhasil dipadamkan oleh FERT Team dan LCT (dengan menggunakan fire pump dari Pelabuhan 3 dan 2), insiden berlanjut dengan kebocoran pipa dan tumpahan minyak mentah (sekitar 1 bbls) di antara Pelabuhan 2 & 3. Oil Spill Task Leader (OSTL) segera menggerakkan tim MEP (Marine Environmental Protection) untuk melakukan combating. Dalam waktu singkat, tumpahan minyak berhasil ditanggulangi, dengan total 2 bbls fluida bercampur minyak berhasil dipulihkan.
 
Tantangan terakhir yang dihadapi adalah krisis sosial: aksi protes dari sekelompok masyarakat yang mengaku nelayan terdampak tumpahan minyak. Tim humas yang bertugas sebagai Public Information Officer (PIO) dan PFSO PHR bergerak cepat melakukan mediasi. Proses mediasi berjalan kondusif, dan aksi protes berhasil diredam dengan kesepakatan, membuktikan kesiapan PHR dalam menangani dampak insiden hingga ke ranah hubungan masyarakat.
 
Setelah api padam, korban tertangani, pelaku tertangkap, tumpahan minyak dibersihkan, dan protes diredam, PSC menyatakan kondisi kembali normal dan Security Level diturunkan kembali ke Level 1. OSC pun secara resmi menonaktifkan SERT Dumai.
 
“Saya sangat mengapresiasi latihan penanggulangan keadaan darurat yang telah kita lakukan hari ini. Peran kita semua telah menunjukkan bahwa kesiapsiagaan kita dalam menghadapi tantangan dapat teruji, maka latihan gabungan ini penting untuk antisipasi dalam keadaan-keadaan yang tak terduga,” ujar Manager Hydrocarbon Transportation Operation & Maintenance PHR, Achmad Ubaydillah.
 
Latihan Gabungan PHR Dumai Terminal 2025 ini telah membuktika tingkat kesiapsiagaan yang tinggi dari seluruh insan PHR dan mitra kerja terkait dalam menghadapi ancaman multi-aspek, mulai dari serangan siber dan teror, hingga penanganan kebakaran, tumpahan minyak, dan krisis komunitas. PHR menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kemampuan dan prosedur tanggap darurat demi menjaga keberlanjutan dan keamanan operasi terminal Dumai.(rls)