Hati-hati dengan Teman Tapi Musuh, Ini 7 Tanda "Frenemy

Hati-hati dengan Teman Tapi Musuh, Ini 7 Tanda "Frenemy
Ilustrasi

WARTASULUH.COM - Teman adalah sosok yang penting di dalam kehidupan kita, selain keluarga. Keberadaan teman dapat menjadi support system yang mendukung dan membangun diri kita menjadi lebih baik.

Namun, tak jarang kita sempat mendapati teman-teman yang sama sekali tidak memberikan dukungan, dan lebih banyak menebarkan hal-hal negatif ke dalam ikatan pertemanan.

Nah, tentu kita harus berhati-hati jika mendapati kawan seperti itu, karena bisa jadi mereka adalah teman tapi musuh, atau yang sering disebut sebagai frenemy.

Untuk mengetahui apakah teman kita frenemy atau bukan, simak beberapa tandanya berikut ini.

1. Selalu bilang "tapi"

Teman kita mungkin memuji mobil baru kita, kamar tidur yang baru dicat, atau hewan peliharaan kita yang menggemaskan.

Namun, setelah memuji kita, dia juga akan merendahkan kita dengan bilang kata "tapi", yang seolah-olah semua yang dia puji sebelumnya itu tidak cocok untuk kita.

"Kritik adalah racun yang lambat tapi pasti untuk setiap hubungan dekat," kata Jared DeFife, PhD, seorang psikolog di Atlanta, Georgia.

"Begitu pula saat kita 'membungkukkan diri' sebagai bentuk untuk menerima kritik itu dari orang lain," sambung dia.

Apabila teman kita sering memberikan pujian yang campur aduk ini, kita dapat mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menetapkan batasan.

"Menetapkan beberapa batasan sangat diperlukan dan kita tidak bisa selalu membagikan kabar baik dengannya yang akan mengkritik kita secara terus-menerus," kata DeFife.

2. Tidak pernah menelepon atau mengajak pergi

Ingat, ketika masih muda kita pernah menghabiskan waktu berjam-jam untuk menelepon teman, mengirimkan pesan di media sosial, dan sebagainya untuk mempertahankan hubungan pertemanan.

"Perasaan saya adalah bahwa meskipun kita mengirim pesan hampir setiap hari, saya tetap membutuhkan kontak pribadi dengan orang-orang yang saya sayangi."

Demikian kata penulis Best Friends Forever: Surviving a Breakup with Your Best Friend, Irene S. Levine, PhD.

Jika kita memiliki teman yang tidak pernah menghubungi, baik itu melalui telepon atau secara langsung selama berbulan-bulan, dia mungkin hanya menjadi musuh yang tidak cukup peduli dengan kita.

3. Meremehkan pekerjaan 

Seorang penulis dan CEO theONswitch, Nancy A. Shenker mengatakan, frenemy di tempat kerja bisa sangat toksik.

"Wanita sering kali menjadi dekat dengan rekan kerja mereka tanpa menyadari bahwa terkadang masalah kinerja, persaingan untuk promosi, atau faktor bisnis lainnya akan memengaruhi persahabatan," ungkap dia.

Kita memang bisa memiliki hubungan pertemanan yang akrab di kantor untuk bekerja sama dengan lebih baik.

Tetapi, menurut beberapa penelitian pertemanan bisa menjadi bencana jika sudah ada yang saling meremehkan pekerjaan satu sama lain.

Jadi, Shenker menyarankan kita menetapkan batasan di awal sebagai kuncinya karena pekerjaan tetaplah pekerjaan dan kita harus profesional untuk urusan ini.

4. Menggoda mantan 

Teman yang menggoda atau mengikuti mantan kita di media sosial tanpa memberi tahu kita mungkin adalah red flag kalau dia itu frenemy.

Pakar Hubungan, April Mansini menyarankan untuk berbicara dengan teman kita yang memiliki kebiasaan mengganggu seperti ini, dan ketahui apakah dia betul-betul teman atau ternyata frenemy.

Jika kasusnya kita baru saja bercerai, penting untuk tidak menganggap teman kita itu memahami emosi kita.

"Apabila teman kita mencoba menyakiti kita dengan sengaja setelah kita mengungkapkan kekesalan mengapa dia menggoda mantan yang mengganggu, maka sebaiknya jauhi dia," jelasnya.

5. Tidak mengapresiasi 

Apa pun pekerjaan yang sedang kita jalani harusnya mendapatkan dukungan dari teman kita sendiri.

Tapi, jika teman kita tidak mengapresiasinya, dia mungkin adalah frenemy.

Misalnya, sebagai ibu rumah tangga kita punya pekerjaan untuk mengurus segalanya tentang rumah tangga.

Tetapi, teman kita yang punya pekerjaan lain malah berasumsi kalau kita hanya bersantai-santai di rumah sepanjang hari.

Menurut seorang psikolog dan pakar parenting, Leah Klungness, PhD, ini bisa menjadi tanda kecemburuan sebenarnya.

"Teman kita mungkin kewalahan, letih, dan tidak bahagia. Jadi dia berusaha untuk tidak mengapresiasi kita," terangnya.

Bahkan, teman kita itu juga tidak mempertimbangkan pekerjaan rumah tangga dalam daftar tugas kita dan kerja keras, serta kesabaran sangat diperlukan dalam membesarkan anak-anak.

Maka dari itu, cobalah mengingatkan teman untuk menyadari bahwa tidak ada hidup yang selalu menyenangkan, khususnya dalam hal pekerjaan.

Jadi, sebaiknya kita harus saling mengapresiasi apa yang sudah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh.

Mudah-mudahan ini akan beresonansi dengannya dan mungkin menempatkan segala sesuatunya ke dalam perspektif yang lebih sehat.

6. Tidak berempati pada kemalangan 

Saat kita sedang mengalami krisis, wajar jika teman-teman bertanya-tanya bagaimana keadaan kita.

Tetapi, ada juga cara konstruktif yang dilakukan frenemy untuk mengajukan pertanyaan dengan niat merendahkan kita atau tidak berempati sama sekali.

Misalnya, jika seorang teman yang sudah menikah bertanya bagaimana kita mengelola hidup sebagai ibu tunggal, bagaimana kinerja mantan suami dalam menghidupi anak, atau bagaimana kita melakukan hubungan seks saat sudah bercerai dan sebagainya.

"Teman-teman seperti ini tidak akan tumbuh lebih baik dan akan selalu menanyakan hal-hal tidak penting ketika kita dirundung masalah," ujar Klungness.

Klungness pun merekomendasikan kita untuk menghindari teman-teman seperti itu, apalagi jika mereka mulai mengajukan pertanyaan mengganggu tentang keuangan, tunjangan anak, pengasuhan bersama mantan suami atau istri, dan lainnya.

7. Selalu ingin bersaing

Memiliki teman berolahraga yang tidak memiliki tujuan untuk sehat bersama, melainkan membuatnya sebagai kompetisi besar adalah tanda bahwa teman kita itu frenemy.

Sebuah penelitian menunjukkan, teman olahraga dapat menginspirasi kita dan memicu persaingan yang sehat dalam hubungan pertemanan.

Namun, jika tidak demikian, maka kita lebih baik berolahraga sendiri atau mencari teman lain yang tujuan latihannya lebih cocok dengan kita. (Ws)

Editor : Delfi

Sumber : kompas.com